Sabtu, 29 Oktober 2011

Malam Hidayah

Malam ini aku mengalami pengalaman spiritual, yang Subhanallah…..

Prosesnya diawali dengan keinginanku yang kuat untuk semakin mengenal-Nya. Setiap habis shalat, terutama shalat lima waktu, aku selalu ingin dalam keadaan khusyu yang optimal. Sehabis shalat, masih merasakan gelombang khusyu, selalu kugunakan untuk berdo’a dengan menggunakan seluruh perasaan, memohon apa-apa yang kuinginkan dari Allah SWT. Waktu shalat menjadi waktu-waktu yang mengasyikkan, dan waktu shalat menjadi waktu-waktu yang selalu kunanti kedatangannya.

Aku semakin bisa menyadari, semakin mengenal-Nya, bahwa kekuatan perasaan yang ada dalam hati demikian kuat akibatnya bagi hidup seseorang. Jika Allah cabut rasa cinta, dari seorang hamba kepada isterinya, bayangkan betapa hancur rumah tangganya, bahkan bisa menghancurkan karir dan seluruh hidupnya. Dan rasa cinta ini, semata-mata karunia Allah, tidak bisa kita nalar, tidak bisa kita logika, tidak bisa dibeli dengan emas permata. Ini adalah semata-mata hadiah dari Allah. Jika Allah masih menyuburkan rasa cinta dihatimu kepada pasangan hidupmu, bersyukurlah sedalam-dalamnya kepada Sang Maha Pemberi Cinta. Syukuri dan peliharalah cinta tersebut agar senantiasa bersemai subur dalam hatimu.

Setelah itu, aku merasakan keheningan malam, dimana alampun menghamparkan gelombang kekhusyu’an, tiba-tiba gelombang kekhusyu’an menerpa batin dan ragaku. Seketika muncul kerinduan untuk bermesraan dengan Rabb-ku. Dengan sangat jelas, Aku merasakan cinta-Nya kepadaku. Tanpa merasa berat dan merasa terpaksa sedikitpun, tidak mengindahkan dinginnya malam, aku mandi menghilangkan hadats besar, bersuci karena ingin segera menghadap Kekasihku.

Teringat firman Allah SWT dalam hadis Qudsi, ”Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila ia mendekati-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatinya satu hasta.”.

Inilah yang kurasakan, jika Allah menghendaki, dijadikannya ringan untuk merasakan kenikmatan iman, mudah menapaki jalan syariat-Nya. Detik-detik selanjutnya aku telah berada di nirwana-Nya. Kurasakan kenikmatan shalat malam yang tiada taranya, pantaslah seorang tabi’in mengatakan… “Jika tidak ada waktu-waktu indah di sepertiga malam, aku tidak akan betah hidup di dunia ini”. Ya Allah, jika Engkau berkenan, maka mudahlah jalan bagiku untuk mengenal-Mu, untuk taat kepada-Mu. Ya Rabb, jangan Engkau balik kembali hati kami ini setelah Engkau beri petunjuk kepada Kami…”.

Linangan air mata saat beribadat kepada-Nya, diiringi kekhusyu’an jiwa membuat hati bisa memahami ayat-ayat-Nya. Pemahaman yang tidak bisa dilakukan oleh akal pikiran. Pantaslah dalam Al Quran, memahami itu dilakukan oleh hati. Membaca surah Adh-Dhuha dan Alam Nasyrah seakan-akan baru pernah membaca saat itu. Merasakan dengan mendalam bahwa akhirat lebih utama dari dunia. Dan Allah kelak akan memberikan karunia-Nya kepada kita hingga kita puas. Hati demikian tersentuh ketika Allah mengingatkan dulu engkau yatim dan Allah melindungimu, dulu kita berada dalam kesesatan dan Allah memberikan hidayah-Nya, dulu kita kekurangan dan sekarang Dia memberikan kita kecukupan. Bukankah demikian halnya diriku? Air mata berderai….. betapa selama ini kita kurang bersyukur kepada-Nya. Buktinya…. Kita belum berlaku baik kepada anak yatim, dan terkadang suka mengusir peminta-minta. Terlintas beraneka kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan, namun belum aku syukuri dengan semestinya. Maka pantaslah bila Allah belum menambah kenikmatan-Nya, sedang kenikmatan yang sudah adapun belum kita syukuri.

Surat Alam Nasyrah demikian melapangkan dada menghadapi kehidupan dunia yang menyesakkan. Surat ini cukup untuk mengobati stress akibat beban kehidupan yang berat. Cukuplah surat ini sebagai obat stress bagi yang mau menggunakannya. Dengan meyakini bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Yakin bahwa Allah akan memberikan kita kemudahan, maka laluilah kesulitan yang kita hadapi dengan ikhlas. Caranya kerjakan semua pekerjaan satu demi satu dengan sebaik-baiknya, dan jangan lupa untuk tetap menggantungkan harapan kepada Allah SWT.

Surah yang sama, ayat yang sama, namun jika Allah tidak menunjuki, seseorang bisa tidak mendapatkan apa-apa. Ya Allah limpahkanlah untuk kami hidayah-Mu, dan kepada keluargaku, Isteri dan anak-anakku, karena hidayah-Mu lah mereka menjadi generasi penegak shalat dan pengamal Al-Quran. Ya Allah, perkenankan hamba untuk semakin mengenal-Mu, perkenankan hamba untuk senantiasa bergantung kepada-Mu, memohon pertolongan-Mu…. Hingga hamba menghadap-Mu.
---
www.agungyulianto.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar